Untung Rugi Perempuan Lajang

|

Kecenderungan menikah tampak mengalami perubahan drastis dalam beberapa dasawarsa terakhir. Di kota-kota besar makin banyak orang melajang (menunda atau berstatus tidak menikah) sampai usia tua. Muncul berbagai pandangan mengenai penyebab dan kondisi yang dirasakan para lajang. Ada satu studi menunjukkan, ternyata uang dianggap membuat hidup lebih baik, bukan lagi pasangan hidup. Berarti, menikah tidak lagi menjadi prioritas utama bila penghasilan seseorang belum memadai. Ada juga yang melihat kesenjangan kebahagiaan antara orang yang menikah dan melajang makin kecil. Dikaitkan dengan status kesehatan, mulai diragukan apakah orang yang menikah memang lebih sehat. Bila dengan menikah seseorang punya pasangan yang dapat menertibkan pola makan, mengingatkan bergaya hidup sehat, dan memberi dukungan sosial dan emosional, maka biasanya kaum suami memang menjadi lebih sehat ketimbang pria melajang.

Bagaimana dengan perempuan melajang? Apakah mereka juga bisa memperoleh berbagai kondisi positif seperti halnya perempuan menikah? Mari kita simak satu contoh surat yang dilayangkan perempuan lajang berikut ini (merupakan fakta konkret bagi saya, beberapa surat senada selalu dikirim perempuan, tidak/belum ada pria lajang yang menuliskan masalahnya).

…Saya gadis (46), tetapi masih sendiri… belum punya pasangan hidup. Dulu saya pernah tunangan, tetapi gagal ke pelaminan. Tentu saja saya sedih, Bu. Saya ingin seperti yang lain, sukses dalam karier dan rumah tangga.

Saya PNS di kota kecil, saya hanya punya beberapa teman, ke mana-mana ketemunya itu lagi, itu lagi…. Jadi mungkin agak sulit mendapat pendamping.

Apa yang harus saya lakukan, apakah masih ada jodoh untuk saya? Saya tidak mau sendiri terus. Saya ingin berbagi rasa, saling sayang dengan pendamping saya. Saya tidak berharap muluk-muluk, tetapi juga jangan asal mendapat pendamping… Yang penting seiman, Bu. (SP di Am, Jawa Barat)

Kerugian melajang

Gambaran surat-surat senada menunjukkan, bagi kebanyakan perempuan di Indonesia melajang dalam usia dewasa lebih menimbulkan rasa tidak nyaman, mereka lebih banyak berada dalam posisi sulit dan takut dilecehkan. Kebanyakan perempuan masih sepakat dengan pandangan menikah adalah kodrat tiap orang. Mereka juga harus berhadapan dengan pandangan masyarakat yang tradisional, yang rata-rata menyudutkan perempuan lajang dengan pertanyaan terus-menerus, label menyakitkan, atau memandang dengan tatapan prihatin atau kasihan. Tetap saja perempuan lajang dipandang lebih negatif daripada pria lajang. Karena itu, wajar bila SP tetap menginginkan pernikahan.

Masalahnya, masyarakat juga masih menilai tidak pantas perempuan aktif mencari pasangan. Bila ditanyakan kepada saya tentang masih adakah jodoh bagi SP, maka jawabannya jodoh ada di tangan Tuhan, bukan? Dengan kesabaran berdoa, menunggu, dan ketakwaan, saya yakin Anda tetap tabah dan percaya diri Anda di bawah lindungan-Nya.

Nah SP, selain tetap meyakini maksud dari yang Maha Kuasa, saya ingin Anda merenungkan juga segi positif melajang berikut ini.

Keuntungan melajang

Hidup melajang sebenarnya dapat memberi kesempatan lebih leluasa mengambil berbagai langkah, misalnya, melakukan kesenangan, memerhatikan kebutuhan diri sendiri, bebas mempunyai banyak teman dekat, dan lebih bersemangat meniti karier bagi yang bekerja.
Karena itu, sebenarnya perempuan lajang juga punya banyak kesempatan memperoleh kepuasan hidup dan menikmati kebahagiaan. Di kota-kota besar perempuan melajang memang dapat memperoleh keuntungan. Kebanyakan mempunyai jenjang pendidikan yang baik, mereka juga biasanya perempuan bekerja yang mempunyai penghasilan sendiri. Mereka punya banyak akses membentuk kelompok senasib karena bagaimanapun perempuan lajang masih merupakan kelompok minoritas di masyarakat mana pun.
Mereka dapat saling berbagi perasaan, baik melalui internet maupun tatap muka berkala. Dalam perbincangan, mereka juga masih sering mempertanyakan, ”Apakah kami salah karena kami sukses dalam pekerjaan? Karena kami pandai? Atau karena kami terbiasa mandiri? Apa salah kalau itu semua membuat banyak pria menjadi minder?” Dengan kecamuk perasaan yang sama, mereka bisa saling menjalin persahabatan.
Bagaimana dengan SP yang tinggal di kota kecil? Mungkin akses pada kelompok internet agak terbatas, tetapi tidak tertutup jalan menjalin persahabatan dengan siapa pun. Upayakan tidak terlalu menutup diri atau malah menjaga jarak dalam berhubungan dengan orang lain. Syukurilah keberadaan Anda saat ini.
Dari potret yang Anda sertakan dalam surat, saya melihat Anda berpenampilan baik dan menarik. Bagaimana dengan kepribadian Anda? Mudah-mudahan tidak jauh dari penampilan fisik Anda. Kembangkan juga sifat suka menolong, berbagi, mau mendengarkan orang lain, dan sifat positif lain.
Perempuan lajang yang tak terbebani tugas rumah tangga bisa lebih leluasa beraktivitas di luar rumah. Anda dapat terlibat lebih mendalam dengan, misalnya, anak-anak telantar di jalanan atau di panti asuhan, untuk lebih mengasah sikap welas asih Anda. Atau membagi ilmu kepada masyarakat sekitar yang mungkin membutuhkan. Yang juga penting, jangan tenggelam dalam perasaan negatif, seperti cemas atau ragu.
Daripada mencemaskan hal-hal pada masa mendatang, lebih baik mengembangkan potensi diri. Ini sesuai dengan pandangan penulis terkenal, Sri Dhammananda: ”Ingatlah, hari ini adalah anak masa silam dan bapak masa depan. Kita tak bisa berbuat apa pun untuk mengubah masa lalu, tetapi kita dapat mengendalikan masa depan kita dengan cara bertindak benar pada saat ini.”

Oleh : Agustine Dwiputri, Psikolog